Wednesday, September 2, 2015

Cidaha

I never consider myself as an advisor, wisemen, dukun, or something. Tapi entah kenapa banyak yang datang ke saya minta untuk minta saran, opini, atau sekedar jadi pendengar yang baik untuk cerita cinta mereka. Mulai dari beberapa teman yang minta saran tentang fashion (ini yang agak gimana gitu, ortu di rumah saja pernah berkata saya berpakaian seperti gembel salah pergaulan) padahal saya bukan ahli fashion. Sebisa mungkin saya memberi saran yang terbaik untuk mereka, walapun kadang sedikit usil untuk memberi saran yang salah hanya karena penasaran “would you wear it, just because I say it's good for you?”. Selain fashion kadang juga mereka meminta saran barang-barang lain entah itu handphone, kamera, dan komputer, yah mungkin selain terlihat seperti penata busana saya juga terlihat seperti ahli IT. But also I am grateful that they have come to listen to my opinion.

Jika mendengar cerita mereka tentang masalah cinta, kadang saya hanya menjadi pendengar yang baik, kadang juga saya memberi saran. Dulu sering ada beberapa orang yang meminta saran tentang masalah cinta, sekarang sudah berkurang soalnya banyak yang sudah jarang ketemu. I love to listen their love story, I always can learn something new from them. Paling sering adalah kisah bahagia, tapi tetap favorit saya adalah kisah sedih, we always need a little dose of drama in our life also kita harus pernah merasakan sedih dulu supaya tau apa itu bahagia.

Ada satu curhatan teman saya yang sampai sekarang saya masih ingat, tentang bagaimana ia menyimpan perasaan suka terhadap seseorang, tidak tanggung-tanggung yaitu sekitar 5 tahun. Gila, kalo itu anak manusia mungkin sudah masuk playgroup dan belajar mewarnai. Kita flashback dulu sedikit, katanya mereka bertemu pada suatu kegiatan, dan mulai akrab. Namun disini masalahnya dimulai, teman saya mulai muncul rasa suka, tapi orang yang dia suka biasa-biasa saja. Itu berlanjut hingga bertahun-tahun, bahkan masing-masing sudah beberapa kali berganti pasangan.

Sayapun bertanya ke dia kok bisa kamu pacaran sama orang lain, tapi jatuh cintanya masih sama orang lain? Katanya disitulah seninya, karena laki-laki pintar membagi hati, dalam hati saya cuma bilang ini orang ngasal, itu masuk seni apaan yah. Nyatanya, sering saya perhatikan dia hanya fokus ke pacarnya kalau sang cidaha (cinta dalam hati) juga sedang punya pasangan. Pada saat sang cidaha menjomblo lagi, ia fokus kembali menjadi pencuri, yang ingin mencuri hati sang cidaha. Inilah juga yang akhirnya membuatnya pernah putus dengan salah satu pacarnya, karena pacarnya saat itu malah jadi lebih sering dicuekin, soalnya dia sibuk fokus dengan sang cidaha.

Saya bertanya ke dia, apa sampai sekarang sudah 5 tahun itu sang cidaha belum tau kalo kamu ada rasa suka. Katanya kadang sang cidaha seperti tahu soal itu dan seperti membalas namun tipis dan kurang jelas, kadang juga seperti tidak ada apa-apa. Katanya nggak apa-apalah seperti ini juga dia sudah merasa nyaman, takutnya kalo dia jujur bilang suka terus sang cidaha nggak membalas rasa sukanya perasaan nyaman tadi malah hilang, berganti perasaan awkward jika mereka bertemu. Orang bisa melakukan hal aneh hanya karena cinta, dalam hati saya berkesimpulan teman saya ini fix dibegoin cinta, gak bisa move on akut, dan gak bisa let it go kayak elsa, if somehow you read this, I’m sorry yah ahahaha, but don't worry I still admire your love story.

Dalam setiap kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan, si korban selalu merasa cintanyalah yang paling cocok buat sang cidaha. Mungkin iya mungkin tidak, kalau memang tidak setidaknya bisa jadi pengalaman, tapi bagaimana seandainya iya? Bagaimana bila benar cinta si korban adalah yang terbaik? Berarti si cidaha sudah melewatkan kesempatan terbaik untuk bahagia dalam hidupnya. Yang salah? Bisa saja yang salah si cidaha, kenapa nggak peka, atau kenapa nggak coba beri kesempatan, namun bisa juga yang salah si korban, kenapa terlalu cepat merasa nyaman dengan kondisi seperti itu saja? Kenapa nggak mencoba lebih supaya si cidaha sadar kesempatannya. Atau apakah dua-duanya salah? who knows?



Pagi ini waktu lagi menjemput pacar saya, tiba-tiba saya mendengar lagu Dewa 19 yang judulnya “Pupus” dinyanyikan oleh seorang pengamen di dekat saya markir motor dan teringat dengan kisah teman yang tadi sudah saya ceritakan diatas. Jika saya mengubungkan kisahnya dengan lirik lagunya, teman saya itu belum pernah sampai pada reff lagunya, atau mungkin saja tidak akan pernah sampai ke bagian itu. But again, who knows?


See You~

No comments:

Post a Comment