Sunday, August 30, 2015

Again = Lagi



Entah ini blog keberapa, sudah beberapa kali buat blog dan ujung-ujungnya dihapus. Dulu niatannya buat blog untuk keren-kerenan, sok-ide, dan kepengen famous. Realitanya malah berbanding terbalik, nasib blognya selalu cuma jadi ‘another-useless-blog-you-found-online’, tapi mudah-mudahan yang ini nggak, Amin.

Pernah dulu sok-ide buat blog tentang graffiti dan mural di Makassar, karena jaman SMA pengen banget jadi bomber (sebutan buat pembuat graffiti dan mural) tapi diurungkan karena harga cat semprot kalengan cukup mahal buat kantong anak SMA, jadi agar bisa dekat dengan dunia graffiti dan mural, I write a blog about it, soal stylenya, siapa bombernya, dan lokasinya. Setelah sekitar 5-6 post, blognya saya hapus alasannya MALAS dan butuh duit juga buat ngeblog di warnet, mending ke rental PS main harvest moon.

Sempat juga buat blog fotografi, waktu lagi semangat-semangatnya motret sana-sini, maklum kamera baru. Ngerasa kalo cuma ngepost foto-foto di facebook itu kurang greget, akhirnya sok-ide (lagi) bikin blog. Yang ini cukup lama, tapi karena atensi buat fotografer newbie ini di blog tidak sebanyak yang saya dapatkan di facebook akhirnya blognya di tutup juga.

Kali ini karena saya punya hobby baru yaitu merenung, merenung soal hidup, hidup orang lain, ini dan itu, banyaklah. Kadang kalo sudah merenung lama saya menulis hasil renungan saya di dalam kepala, banyak sekali hasilnya. Sayangnya menulis di dalam kepala itu rentan terlupakan, akhirnya supaya nggak langsung terlupakan saya sering menulis hasil renungan saya ke social media. Satu kalimat dua kalimat, nggak bisa terlalu banyak soalnya bisa dianggap annoying sama orang lain. Nah akhirnya saya memutuskan buat ngeblog lagi setelah kurang lebih 7 tahun berhenti. Kalo di blog mau nulis panjang-panjang it’s okay lah, nobody cares, emang udah tempatnya.

Seperti awal-awal tiap membuat blog, memilih nama blog hampir sama sulitnya seperti memilih nama karakter pada game MMORPG atau bahkan seperti milih nama anak, mau yang unik tapi bingung, takut jatuhnya malah aneh. Lama mikir terpilihlah nama “Abaikan Saja Ryan”, bukan karena saya alay (kalo alay mending saya milih nama ryancelaluwdiabaikan) tapi lebih karena kalimat itu maknanya bisa berbeda bila saya ucapkan sendiri dan ketika orang lain yang mengucapkannya, diberi intonasi pun bisa punya banyak arti.

Selanjutnya milih widget buat di pasang di blognya, terpilihlah dengan sangat cepat yaitu instagram dan twitter, maklum lah soalnya diriku masih kejar followers, bisa di cek pada bagian kanan blog. Dan voilĂ  blognya hampir siap, tadi itu ibarat baru garnishnya berarti sisa main foodnya atau postingannya. Well, thanks to my brain I already finished one post, you can check it below.


Dan terakhir, berdoa dalam hati mudah-mudahan kali ini bukan karena sok-ide dan bisa tahan lama.


See You~

Saturday, August 29, 2015

Kamu Ditolak!

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mengalami penolakan. Lihat saja pemberitaan di media massa, ada warga yang menolak direlokasi oleh pemerintah, ada abang-abang ojek konvensional menolak hadirnya ojek modern yang kekinian, ada dosen-dosen yang menolak judul skripsi mahasiswanya, dan ada juga ibu-ibu yang menolak permintaan anaknya untuk dibelikan mainan.


Penolakan umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari sebagai hasil dari proses ‘manusia berhak memilih yang terbaik’ dan rasanya cukup banyak yang sudah saya alami sendiri. Paling sering sebelumnya saat menjadi seorang freelancer dalam bidang seni visual, dari situlah saya banyak mendapatkan pengalaman penolakan oleh klien jika proposal saya tidak sesuai keinginan mereka, sampai kadang-kadang saya bisa merasakan bahwa saya akan ditolak jauh sebelum mereka memberikan penolakan secara ‘resmi’. Entah mengapa gesture mereka sebelum melakukan penolakan selalu terlihat sama.

Bagaimana dengan penolakan dalam hal percintaan? Katanya ini paling sakit hahaha, it’s like all the worst pains you have in life comes in one package. Pikiran hampa, bernapas terasa sesak, hilang nafsu makan, uring-uringan, malas ngapa-ngapain, rasanya dunia ini sudah tidak menarik lagi, lagu-lagu sedih terasa sangat ‘gue banget’, dan juga mendadak filosofis. Ada yang mengatasi penolakan hal percintaan dengan curhat kiri kanan untuk menstabilkan diri dan membangun kembali pilar-pilar kepercayaan diri yang sebelumnya hancur, ada yang mencoba mengalihkan pikiran dengan melakukan aktifitas lain walaupun sebelum tidur biasanya teringat lagi, bahkan ada yang mencoba mencuci bersih perasaannya dengan minuman keras tapi bukan es batu yang saya maksud.

Kalau dipikir-pikir mengapa penolakan yang paling sering hanya berbentuk kata-kata dan gesture sederhana bisa berefek seperti itu? Katanya itu karena otak manusia tempat memproses rasa penolakan itu sama dengan tempat memproses rasa sakit fisik. Itulah mengapa efeknya senyata pukulan yang bertubi-tubi, senyata tertusuk ratusan pedang, dan senyata tertimpa batu yang sangat berat. Tapi yakinlah, time can heal, but only if you let it heals you. Jangan terlalu berlarut-larut dalam sesuatu, berbahagialah seadanya, dan bersedihlah secukupnya.

Tapi sebagaimanapun saya selalu mencoba sedikit menikmati efek dari penolakan yaitu, rasa kecewanya, sakit hatinya, sesaknya, hampanya, bahkan putus-asanya, agar nantinya saya bisa sedikit terbiasa dan nantinya tidak terlalu shock saat mengalaminya lagi. Rasa sakit penolakan itu seperti virus cuma bisa ‘ditidurkan’, dan suatu saat jika kondisinya tepat maka bisa ‘terbangun’ lagi. Setidaknya kita bisa lebih bersiap-siap. Yeah, over time we no longer avoid the pain but we tolerate it.

See You~